DUNIA ITU ADAKALA TERBALIK
ADA KALANYA KITA DI ATAS DAN ADA KALANYA KITA DI BAWAH
oleh : Andwi Pangestu
Cerita ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita, dalam sebuah keluarga islami yang patuh pada kaidah agama dimana seorang istri yang sabar atas prilaku seorang suami yang tiba-tiba berubah 180 derajat.
Bermula dari sebuah keluarga kecil terbentuk dari pernikahan seorang Mubaligh dan Mubalighot, meski telah menikah selama kurang lebih empat tahun namun belum diberi keturunan oleh Allah. Secara Financial mereka tergolong mapan, karena sang Suami bekerja di kantor wilayah sebuah perusahaan Batu bara dan memiliki jabatan yang baik. Karena dikenal sebagai orang yang bertanggung jawab dan amanah maka Suami menjadi salah satu orang yang dipercaya oleh CEO yang berkantor di Jakarta. Selain itu juga Suami memiliki usaha pribadi lainnya.
Sedangkan Istri adalah seorang Mubalighot yang juga telah menyelesaikan tugas pertamanya, setelah menikah Istri bekerja sebagai IRT yang baik. Pernikahan mereka sangat rapi dan baik karena tidak di mulai dari pelanggaran dan perkenalan mereka pun melalui tim Unik serta berakhir pada tim PKW. Kehidupan rumah tangga mereka sangat baik dan selalu menjadi rujukan para Unik lain yang akan melaksanakan pernikan, Suami pun selalu menjadi motivator bagi para Muda Unik lainnya sehingga beliau pun menjadi salah satu pengurus yang di segani di sebuah kelompok bahkan tinggkat wilayah II/desa.
Hingga pada suatu hari, ketika Suami mendapat panggilan khusus dari jajaran direksi di Jakarta maka Suami pun berangkat memenuhi panggilan tersebut dan pastinya meninggalkan Istri sendiri dirumah, sebelum berangkat Suami memberi nasehat pada sang Istri “Mulianya Istri di hadapan Allah adalah seorang wanita yang selalu menjaga Kehormatan Dirinya dan Suaminya, dan sebaik-baiknya Istri adalah wanita yang bisa menjaga harta dan hak dari Suaminya” dan tak lupa juga Suami nasehat “Keagungan istri di Surga akan dilihat dari pancaran cahaya dari wajahnya, seorang Istri yang tidak semena-mena membelanjakan Harta suami, Memberikan Harta Suami pada orang lain meskipun secara hak itu milik Istri kecuali pada udzur yang telah ditetapkan maka cahaya itu sebagai mana pancaran sinar matahari di waktu dhuha (terang dan memberikan kehangatan)”. Setelah memberi sedikit nasehat pada Istri dan kecupan sayang di kening Suami pun berangkat meninggalkan Istri.
Tak terasa 5 hari sudah Suami ada di Jakarta, dan selama 5 hari itu juga Istri mampu menjaga amanah sang Suami dalam nasehatnya, tepat pada pukul 13.00 handphone Istri berdering dari seberang sana mengabarkan bahwa suami akan kembali ke Palembang siang itu juga mendengar kabar tersebut tentu saja Istri sangat senang dan merasa bersukur dan sebagai Istri yang baik tak lupa selalu mendoakan keselamatan perjalanan Suami.
Pukul 6 sore atau menjelang magrib Istri sudah bersiap menyambut Suami di ruang tamu berukuran 4x5m rumahnya dengan pancaran wajah dan pakaian yang baik dan rapi. Tak lama kemudian terdengar suara “klotekan*” pintu pagar, Istri pun cepat-cepat keluar berharap Suaminya datang dan sedang membuka pintu pagar, namun perkiraan itu salah. Ternyata dibalik pagar adalah seorang pria berbadan besar yang lusuh, kotor berambut acak gimbal seolah tidak pernah tersentuh shampo berminggu-minggu serta berpakaian yang robek disana sini, juga terlihat beberapa luka kecil yang di sesekali di hinggapi lalat. Dengan lemah Pria itu berkata dari balik pagar “maaf mbak, bolehkah saya minum air kran itu” sambil menunjuk sebuah kran yang ada tak jauh dari pintu pagar. Istri pun bimbang antara mengizinkan dan tidak, bila dia mengizinkan maka dia mensalahi Suami dan takut akan bayangan orang jahat tapi bila tidak mengizinkan alangkah berdosa Dirinya, mengacuhkan nilai sosial karena seteguk air kran, namun Dia menepis semuanya dan mengijinkan Pria itu untuk minum di kran tersebut. Tanpa menunggu Pria pun langsung minum air kran tersebut sambil membasahi rambutnya yang kusut dan gimbal itu. Istripun merasa kasihan pada Pria itu kemudian bertanya apakah sudah makan atau belum dan Pria itu menggeleng tanda belum. Tanpa pikir panjang Istri pun memberi sepiring nasi lengkap dengan lauknya, kebetulan sore tadi Istri sengaja masak untuk Suami.
Tak berapa lama kemudian sebuah mobil Fortuner Putih berhenti tepat didepan pagar, Istri pun berlari mendekatinya karena itu Suami yang baru pulang dari Jakarta. Ketika melangkahkan kaki melewati pintu pagar Suami melihat Pria yang sedang lahap menikmati sepiring nasi dari Istri dan tampak acuh atas kedatangan Suami. Suami pun bertanya “siapa dia?” Istri menjawab “seorang pengemis, aku iba melihatnya dan ku beri dia sepiring nasi”, Suami pun kembali bertanya dengan nada yang lebih tinggi dan keras “kenapa kamu izinkan dia masuk, dan kenapa engkau beri dia makan tanpa izin terlebih dahulu? Bukankan aku sudah nasehatkan pada mu saat ku kan pergi?” dengan tertunduk Istri menjawab “maafkan saya Suamiku, saya tahu itu salah namun rasa iba ku mamaksa untuk melakukannya. Dan jika engaku marah maka hukumlah aku”. Suami diam sejenak lalu “makanan apa yang kau berikan padanya?”. Istri menjawab “masakan yang sengaja ku masak untuk mu sore tadi” jawab Istri tertunduk dan dengan suara lirih tanda bersalah, mendengar hal tersebut Suami pun marah bukan kepalang dengan suara tinggi dan membentak dia berkata “apa....jadi kau beri dia makan yang sengaja kau masak untuk ku sedangkan aku belum makan makanan itu serta kau berikan itu tanpa izin dari aku” suara marah Suami terdengar hingga halaman rumahnya. Mendengar pertengkaran tersebut Pria itu pun berniat untuk meninggalkan rumah itu namun belum sempat dia berdiri Suami tiba-tiba sudah berdiri didepannya dengan rona wajah yang merah marah. Tanpa di duga Suami menendang piring yang dipegang oleh Pria itu hingga terlempar dan pecah bernantakan pun dengan kasar Suami mengusir Pria itu sebagai mana binatang.
Malam itu suasana rumah jauh dari apa yang dibayangkan oleh Istri, namun karena tidak ingin berlarut maka Istri pun mendekati Suami dan meminta maaf atas segala kesalahannya, Suami pun memafkan dengan catatan ini yang pertama dan yang terakhir kalinya dan Istri pun berjanji.
Tak selang lama dari kejadian itu, berbagai masalah kerap mengahampiri rumah tangga mereka, pertengkaran demi pertengkaran selalu terjadi di rumah itu jauh bila di bandingkan sebelumnya yang sangat jarang sekali terjadi. Bahkan sekecil apapun masalah yang ada kan memicu konflik yang berujung pemukulan Suami terhadap Istri, padahal sebelumnya belum sekalipun Suami memukul Istri. Terlebih saat Suami mendapat cobaan dari kantornya dimana Suami harus di mutasi ke Kalimantan namun di tolak oleh Suami yang akhirnya harus mengambil keputusan pensiun dini kemudian usaha-usaha pribadinya mengalami filed-job yang mengakibatkan kerugian secara beruntun, sehingga memaksa Suami harus menjual aset-asetnya maka konflik rumah tangga tak bisa di hindari lagi dan tamparan demi tamparan mulai kerap mendarat di pipi Istri. Tekana Fisik dan Psikologis adalah hal yang biasa dialami Istri, di sudutkan, di maki, bahkan sempat di ludahi oleh Suami.
Akibat cobaan tersebut membuat Suami mulai meninggalkan kewajiban ibadahnya bahkan mulai dengan kebiasan buruk dan terlarang meski masih bersifat kecil, tiap kali Istri mengingatkan justru tamparan dan lemapran asbak rokok yang dia dapat namun sejauh ini Istri tetap berusaha sabar dan menerima, hingga pada suatu hari Suami memaksa Istri untuk berhubungan badan namun karena dalam keadaan haid maka Istri pun menolak akan tetapi tolakan itu justru mengakibatkan siksa dunia baginya karena tidak terima dengan penolakan tersebut Suami pun menampar, menendang sama sekali tidak memperdulikan bahwa Istri adalah seorang wanita, dan hal tragis yang terjadi adalah dimana Suami tetap memaksakan diri melakukan persetubuhan tersebut meski Istri dalam keadaan tidak suci. Dalam keadaan tersebut Istri hanya bisa menangis dan berdoa pada Tuhannya.
Karena tekanan dan siksaan yang kerap diterima juga sikap Suami yang sudah jauh menyimpang dari kaidah agama dan atas perubahan Suami yang 180 derajat dari masa-masa sebelumnya maka Istri pun meminta Suami untuk menceraikannya. Mendengar Istri minta di ceraikan oleh nya kemarahan Suami kembali tersulut kemudian dengan tanpa kasihan dia mencekik Istri kemudian berteriak “kamu minta cerai... baik sekarang kamu saya ceraikan langsung talak tiga dan mulai detik ini kamu bukan istri saya” dan tentunya di iringi dengan cacian lainnya. Istri hanya menangis meratapi prilaku Suaminya namun dia terus menahan diri dan berdoa untuk tidak dendam. Dan dengan bantuan Pengurus lainnya perceraian pun resmi di pengadilan agama.
Setelah setahun menjada, kondisi fisik Istri kembali sempurna bekas-bekas luka akibat siksaan Mantan Suaminya pun mulai hilang dan wajah Istripun kembali nampak cantik, karena kepiawaiannya merawat diri maka bila seorang baru mengenalnya maka tidak akan menyangka jika dia adalah seorang Janda. Lantas bagaimana dengan Mantan Suaminya? Karena terbukti melakukan kekerasan dalam rumah tangga maka Mantan Suami itu pun berurusan dengan hukum dan untuk menyelesaikannya semua asetnya pun habis dijual mulai dari rumah, mobil dan lainnya, kini tak pernah lagi terdengar kabarnya
Kini sang Istri kembali menikah dengan seorang pria baik lainnya dan seorang wiraswastawan yang sukses, karena sesuai dengan janji Allah “wanita yang baik akan menikah dengan Pria yang baik pula”. Dan pada suatu hari di rumah tangganya yang baru ketika Dia dan Suami barunya sedang duduk di teras rumah datang seorang pengemis yang sangat lusuh, kusut dan penuh luka. Suami Barunya pun perintah pada Istri untuk segera mengambilkan makanan dan beberapa pakaian untuk si pengemis itu, dan dengan cekatan Istri pun melaksanakan perintah. Namun ketika Istri berhadapan dengan Pengemis itu untuk memberikan bekal dari Suami barunya tiba-tiba Dia berbalik dan berlari seraya menangis, karena tidak tahu apa yang terjadi maka Suami Barunya pun mengejar dan si Pengemis pun pergi meninggalkan rumah itu.
“Wahai istri ku apa yang terjadi dengan mu” tanya Suami Barunya dengan lembut dan penuh kasih sayank.
“Sesungguhnya aku sangat terkejut dan bersedih karena Pengemis itu adalah mantan Suami ku dahulu, aku selalu berdoa yang baik untuknya dan aku tidak pernah dendam atasnya, tapi mengapa Tuhan memberi hukaman seperti itu” jawab Istri.
Dengan lembut Suami Barunya mengangkat tubuh Istri tersenyum dan berkata “sungguh mulia hati mu, aku ridho atas semua doa mu untuk nya, Jka Pengemis itu adalah Mantan Suami mu dulu maka ketahuilah aku adalah Pria yang dia usir dari halaman rumahnya dahulu”
Mendengar ucapan Suami Barunya Istri memandang seolah tidak percaya, kemudian suami berkata
“Ya aku adalah Gelandangan yang kau izinkan untuk minum air kran itu, dan aku adalah Pria yang kau beri masakan Suami mu sebelum dia makan makanan itu, dan aku adalah Pria yang teraniaya saat Suami mu menendang ku sebagai mana anjing dari halaman rumahnya” seraya tersenyum.
SUBHANALLAH........
ADA KALANYA KITA DI ATAS DAN ADA KALANYA KITA DI BAWAH
oleh : Andwi Pangestu
Cerita ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita, dalam sebuah keluarga islami yang patuh pada kaidah agama dimana seorang istri yang sabar atas prilaku seorang suami yang tiba-tiba berubah 180 derajat.
Bermula dari sebuah keluarga kecil terbentuk dari pernikahan seorang Mubaligh dan Mubalighot, meski telah menikah selama kurang lebih empat tahun namun belum diberi keturunan oleh Allah. Secara Financial mereka tergolong mapan, karena sang Suami bekerja di kantor wilayah sebuah perusahaan Batu bara dan memiliki jabatan yang baik. Karena dikenal sebagai orang yang bertanggung jawab dan amanah maka Suami menjadi salah satu orang yang dipercaya oleh CEO yang berkantor di Jakarta. Selain itu juga Suami memiliki usaha pribadi lainnya.
Sedangkan Istri adalah seorang Mubalighot yang juga telah menyelesaikan tugas pertamanya, setelah menikah Istri bekerja sebagai IRT yang baik. Pernikahan mereka sangat rapi dan baik karena tidak di mulai dari pelanggaran dan perkenalan mereka pun melalui tim Unik serta berakhir pada tim PKW. Kehidupan rumah tangga mereka sangat baik dan selalu menjadi rujukan para Unik lain yang akan melaksanakan pernikan, Suami pun selalu menjadi motivator bagi para Muda Unik lainnya sehingga beliau pun menjadi salah satu pengurus yang di segani di sebuah kelompok bahkan tinggkat wilayah II/desa.
Hingga pada suatu hari, ketika Suami mendapat panggilan khusus dari jajaran direksi di Jakarta maka Suami pun berangkat memenuhi panggilan tersebut dan pastinya meninggalkan Istri sendiri dirumah, sebelum berangkat Suami memberi nasehat pada sang Istri “Mulianya Istri di hadapan Allah adalah seorang wanita yang selalu menjaga Kehormatan Dirinya dan Suaminya, dan sebaik-baiknya Istri adalah wanita yang bisa menjaga harta dan hak dari Suaminya” dan tak lupa juga Suami nasehat “Keagungan istri di Surga akan dilihat dari pancaran cahaya dari wajahnya, seorang Istri yang tidak semena-mena membelanjakan Harta suami, Memberikan Harta Suami pada orang lain meskipun secara hak itu milik Istri kecuali pada udzur yang telah ditetapkan maka cahaya itu sebagai mana pancaran sinar matahari di waktu dhuha (terang dan memberikan kehangatan)”. Setelah memberi sedikit nasehat pada Istri dan kecupan sayang di kening Suami pun berangkat meninggalkan Istri.
Tak terasa 5 hari sudah Suami ada di Jakarta, dan selama 5 hari itu juga Istri mampu menjaga amanah sang Suami dalam nasehatnya, tepat pada pukul 13.00 handphone Istri berdering dari seberang sana mengabarkan bahwa suami akan kembali ke Palembang siang itu juga mendengar kabar tersebut tentu saja Istri sangat senang dan merasa bersukur dan sebagai Istri yang baik tak lupa selalu mendoakan keselamatan perjalanan Suami.
Pukul 6 sore atau menjelang magrib Istri sudah bersiap menyambut Suami di ruang tamu berukuran 4x5m rumahnya dengan pancaran wajah dan pakaian yang baik dan rapi. Tak lama kemudian terdengar suara “klotekan*” pintu pagar, Istri pun cepat-cepat keluar berharap Suaminya datang dan sedang membuka pintu pagar, namun perkiraan itu salah. Ternyata dibalik pagar adalah seorang pria berbadan besar yang lusuh, kotor berambut acak gimbal seolah tidak pernah tersentuh shampo berminggu-minggu serta berpakaian yang robek disana sini, juga terlihat beberapa luka kecil yang di sesekali di hinggapi lalat. Dengan lemah Pria itu berkata dari balik pagar “maaf mbak, bolehkah saya minum air kran itu” sambil menunjuk sebuah kran yang ada tak jauh dari pintu pagar. Istri pun bimbang antara mengizinkan dan tidak, bila dia mengizinkan maka dia mensalahi Suami dan takut akan bayangan orang jahat tapi bila tidak mengizinkan alangkah berdosa Dirinya, mengacuhkan nilai sosial karena seteguk air kran, namun Dia menepis semuanya dan mengijinkan Pria itu untuk minum di kran tersebut. Tanpa menunggu Pria pun langsung minum air kran tersebut sambil membasahi rambutnya yang kusut dan gimbal itu. Istripun merasa kasihan pada Pria itu kemudian bertanya apakah sudah makan atau belum dan Pria itu menggeleng tanda belum. Tanpa pikir panjang Istri pun memberi sepiring nasi lengkap dengan lauknya, kebetulan sore tadi Istri sengaja masak untuk Suami.
Tak berapa lama kemudian sebuah mobil Fortuner Putih berhenti tepat didepan pagar, Istri pun berlari mendekatinya karena itu Suami yang baru pulang dari Jakarta. Ketika melangkahkan kaki melewati pintu pagar Suami melihat Pria yang sedang lahap menikmati sepiring nasi dari Istri dan tampak acuh atas kedatangan Suami. Suami pun bertanya “siapa dia?” Istri menjawab “seorang pengemis, aku iba melihatnya dan ku beri dia sepiring nasi”, Suami pun kembali bertanya dengan nada yang lebih tinggi dan keras “kenapa kamu izinkan dia masuk, dan kenapa engkau beri dia makan tanpa izin terlebih dahulu? Bukankan aku sudah nasehatkan pada mu saat ku kan pergi?” dengan tertunduk Istri menjawab “maafkan saya Suamiku, saya tahu itu salah namun rasa iba ku mamaksa untuk melakukannya. Dan jika engaku marah maka hukumlah aku”. Suami diam sejenak lalu “makanan apa yang kau berikan padanya?”. Istri menjawab “masakan yang sengaja ku masak untuk mu sore tadi” jawab Istri tertunduk dan dengan suara lirih tanda bersalah, mendengar hal tersebut Suami pun marah bukan kepalang dengan suara tinggi dan membentak dia berkata “apa....jadi kau beri dia makan yang sengaja kau masak untuk ku sedangkan aku belum makan makanan itu serta kau berikan itu tanpa izin dari aku” suara marah Suami terdengar hingga halaman rumahnya. Mendengar pertengkaran tersebut Pria itu pun berniat untuk meninggalkan rumah itu namun belum sempat dia berdiri Suami tiba-tiba sudah berdiri didepannya dengan rona wajah yang merah marah. Tanpa di duga Suami menendang piring yang dipegang oleh Pria itu hingga terlempar dan pecah bernantakan pun dengan kasar Suami mengusir Pria itu sebagai mana binatang.
Malam itu suasana rumah jauh dari apa yang dibayangkan oleh Istri, namun karena tidak ingin berlarut maka Istri pun mendekati Suami dan meminta maaf atas segala kesalahannya, Suami pun memafkan dengan catatan ini yang pertama dan yang terakhir kalinya dan Istri pun berjanji.
Tak selang lama dari kejadian itu, berbagai masalah kerap mengahampiri rumah tangga mereka, pertengkaran demi pertengkaran selalu terjadi di rumah itu jauh bila di bandingkan sebelumnya yang sangat jarang sekali terjadi. Bahkan sekecil apapun masalah yang ada kan memicu konflik yang berujung pemukulan Suami terhadap Istri, padahal sebelumnya belum sekalipun Suami memukul Istri. Terlebih saat Suami mendapat cobaan dari kantornya dimana Suami harus di mutasi ke Kalimantan namun di tolak oleh Suami yang akhirnya harus mengambil keputusan pensiun dini kemudian usaha-usaha pribadinya mengalami filed-job yang mengakibatkan kerugian secara beruntun, sehingga memaksa Suami harus menjual aset-asetnya maka konflik rumah tangga tak bisa di hindari lagi dan tamparan demi tamparan mulai kerap mendarat di pipi Istri. Tekana Fisik dan Psikologis adalah hal yang biasa dialami Istri, di sudutkan, di maki, bahkan sempat di ludahi oleh Suami.
Akibat cobaan tersebut membuat Suami mulai meninggalkan kewajiban ibadahnya bahkan mulai dengan kebiasan buruk dan terlarang meski masih bersifat kecil, tiap kali Istri mengingatkan justru tamparan dan lemapran asbak rokok yang dia dapat namun sejauh ini Istri tetap berusaha sabar dan menerima, hingga pada suatu hari Suami memaksa Istri untuk berhubungan badan namun karena dalam keadaan haid maka Istri pun menolak akan tetapi tolakan itu justru mengakibatkan siksa dunia baginya karena tidak terima dengan penolakan tersebut Suami pun menampar, menendang sama sekali tidak memperdulikan bahwa Istri adalah seorang wanita, dan hal tragis yang terjadi adalah dimana Suami tetap memaksakan diri melakukan persetubuhan tersebut meski Istri dalam keadaan tidak suci. Dalam keadaan tersebut Istri hanya bisa menangis dan berdoa pada Tuhannya.
Karena tekanan dan siksaan yang kerap diterima juga sikap Suami yang sudah jauh menyimpang dari kaidah agama dan atas perubahan Suami yang 180 derajat dari masa-masa sebelumnya maka Istri pun meminta Suami untuk menceraikannya. Mendengar Istri minta di ceraikan oleh nya kemarahan Suami kembali tersulut kemudian dengan tanpa kasihan dia mencekik Istri kemudian berteriak “kamu minta cerai... baik sekarang kamu saya ceraikan langsung talak tiga dan mulai detik ini kamu bukan istri saya” dan tentunya di iringi dengan cacian lainnya. Istri hanya menangis meratapi prilaku Suaminya namun dia terus menahan diri dan berdoa untuk tidak dendam. Dan dengan bantuan Pengurus lainnya perceraian pun resmi di pengadilan agama.
Setelah setahun menjada, kondisi fisik Istri kembali sempurna bekas-bekas luka akibat siksaan Mantan Suaminya pun mulai hilang dan wajah Istripun kembali nampak cantik, karena kepiawaiannya merawat diri maka bila seorang baru mengenalnya maka tidak akan menyangka jika dia adalah seorang Janda. Lantas bagaimana dengan Mantan Suaminya? Karena terbukti melakukan kekerasan dalam rumah tangga maka Mantan Suami itu pun berurusan dengan hukum dan untuk menyelesaikannya semua asetnya pun habis dijual mulai dari rumah, mobil dan lainnya, kini tak pernah lagi terdengar kabarnya
Kini sang Istri kembali menikah dengan seorang pria baik lainnya dan seorang wiraswastawan yang sukses, karena sesuai dengan janji Allah “wanita yang baik akan menikah dengan Pria yang baik pula”. Dan pada suatu hari di rumah tangganya yang baru ketika Dia dan Suami barunya sedang duduk di teras rumah datang seorang pengemis yang sangat lusuh, kusut dan penuh luka. Suami Barunya pun perintah pada Istri untuk segera mengambilkan makanan dan beberapa pakaian untuk si pengemis itu, dan dengan cekatan Istri pun melaksanakan perintah. Namun ketika Istri berhadapan dengan Pengemis itu untuk memberikan bekal dari Suami barunya tiba-tiba Dia berbalik dan berlari seraya menangis, karena tidak tahu apa yang terjadi maka Suami Barunya pun mengejar dan si Pengemis pun pergi meninggalkan rumah itu.
“Wahai istri ku apa yang terjadi dengan mu” tanya Suami Barunya dengan lembut dan penuh kasih sayank.
“Sesungguhnya aku sangat terkejut dan bersedih karena Pengemis itu adalah mantan Suami ku dahulu, aku selalu berdoa yang baik untuknya dan aku tidak pernah dendam atasnya, tapi mengapa Tuhan memberi hukaman seperti itu” jawab Istri.
Dengan lembut Suami Barunya mengangkat tubuh Istri tersenyum dan berkata “sungguh mulia hati mu, aku ridho atas semua doa mu untuk nya, Jka Pengemis itu adalah Mantan Suami mu dulu maka ketahuilah aku adalah Pria yang dia usir dari halaman rumahnya dahulu”
Mendengar ucapan Suami Barunya Istri memandang seolah tidak percaya, kemudian suami berkata
“Ya aku adalah Gelandangan yang kau izinkan untuk minum air kran itu, dan aku adalah Pria yang kau beri masakan Suami mu sebelum dia makan makanan itu, dan aku adalah Pria yang teraniaya saat Suami mu menendang ku sebagai mana anjing dari halaman rumahnya” seraya tersenyum.
SUBHANALLAH........
No comments:
Post a Comment