BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi tempat segenap makhluk
hidup termasuk manusia telah terbentuk kira-kira 4 600 000 000 tahun lalu
bersamaan dengan planet-planet lain yang membentuk tatasurya dengan matahari
sebagai pusatnya. Sejarah
kehidupan di bumi baru dimulai sekitar 3.500.000.000 tahun lalu dengan
munculnya micro-organisma sederhana yaitu bakteri dan ganggang. Kemudian pada
1.000.000.000 tahun lalu baru muncul organisme bersel banyak.
Pada sekitar 540.000.000 tahun
lalu secara bertahap kehidupan yang lebih komplek mulai berevolusi. Perkembangan perubahan tetumbuhan diawali oleh Pteridofita
(tumbuhan paku), Gimnosperma (tumbuhan berujung) dan terakhir Angiosperma
(tumbuhan berbunga).
Sedangkan perkembangan dan
perubahan hewan dimulai dari invertebrata, ikan, amfibia, reptilia, burung dan
terakhir mamalia, kemudian terakhir kali muncul manusia.
Kalau dalam ilmu sejarah kita mengenal
jaman-jaman dengan nama-nama khususnya. Misal Jaman Batu, Jaman Majapahit, Trus
ada yang membagi lagi dengan Kala, Masa dan sebagainya. Dalam ilmu geologi juga
mirip. Ada yg disebut “jaman“, “kala“, “periode” dan
sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana permukaan bumi bisa terbentuk?
2.
Teory apa saja yang tercatat dalam sejarah pembentukan
bumi?
1.3 Tujuan
Mengetahui sejarah pembentukan permukaan bumi dari berbagai macam teory
fisika atau ilmu dunia namun tanpa mengesampingkan atau mengabaikan sejaran
terbentuknya bumi dalam ilmu agama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Terbentuknya Muka Bumi.
Kira-kira 250 juta tahun yang lalu sebagian besar kerak benua di Bumi
merupakan satu massa daratan yang dikenal sebagai Pangea. Kemudian, kira-kira
dua ratus juta tahun yang lalu selama Periode Trias, Pangea terpecah menjadi
dua benua besar yaitu Laurasia, yang sekarang terdiri dari Amerika Utara,
Eropa, sebagian Asia Tengah dan Asia Timur; dan Gondwana yang terdiri dari
Amenka Selatan, Afrika India, Australia dan bagian Asia lainnya. Bagian-bagian
dan dua benua besar ini kemudian terpecah-pecah, hanyut dan bertubrukan dengan
bagian lain.
Interpretasi yang terbaru didasar kan pada distribusi berbagai pecahan yang
disebut "terranes", yang memiliki sejarah geologi yang berlainan.
Untuk menentukan letak Jawa dan Bali dengan tepat pada peta Pangea hampir
mustahil. Pertama, karena penanggalan terhadap batuan sangat sedikit. Kedua
karena mungkin bentuk jawa tidak ada sebelum Kala Miosen, dan Bali barangkali
baru muncul di atas permukaan laut kira-kira tiga juta tahun yang lalu.
Kira-kira 250 km ke arah selatan jawa dan Bali adalah Palung jawa yang
sangat dalam. Di bagian selatan palung ini merupakan bagian dan suatu dangkalan
yang dikenal sebagai Dangkalan Indo-Australia, yang terbentuk di bagian dalam
samudera di sebelah selatan India dan Australia, dan membentuk pecahan antara
Antartika dan Australia.
Pergerakan dangkalan ini ke arah utara terus berlangsung sampai sekarang
dengan laju 6 cm/tahun. Pergerakan ini mendesak Dangkalan Sunda dimana Asia
Tenggara berada, dan selama berjuta-juta tahun daya yang dihasilkan oleh
gerakan ini melipat lapisan-lapisan sedimen tua membentuk deretan pegunungan.
Dangkalan Indo-Australia masuk ke bawah Dangkalan Sunda di sepanjang Palung
Jawa, dan selip mendadak yang kadang-kadang terjadi akibat gesekan antara dua
dangkalan ini menimbulkan gempa bumi, sedangkan panas yang dihasilkan dari
gesekan dua dangkalan ini membentuk kantung-kantung batuan yang mencair di
bawah tekanan tinggi. Kantung-kantung ini dapat bocor ke permukaan dan
membentuk gunung berapi.
Walaupun batuan vulkanik cukup dominan, daerah sedimentasi juga cukup luas.
Luas utama bagian utara dan selatan sedimen moderen yang berasal dari erosi
gunung-gunung baru mengendap di atas sedimen tua yang terangkat ke atas karena
gerakan yang dahsyat di bawah batuan yang meleleh.
Namun tidak semua batuan sedimen merupakan hasil erosi, karena terdapat
daerah batu kapur yang berasal dari suatu masa ketika organisme pembentuk
terumbu karang tumbuh subur yang kemudian terangkat ke atas. Misalnya daerah
perbukitan kapur di Padalarang Bandung.
Seluruh dataran aluvial di bagian utara Jawa sudah terbentuk dalam waktu
8.000 tahun terakhir, yaitu ketika permukaan laut turun 5-6 m. Dataran ini
terbentuk, sebagian karena kipas-kipas aluvial dari limpahan gunung berapi dan
sebagian karena dataran pasca-Pliosen yang terangkat ke atas. Proses-proses ini
terus berlang- sung sampai sekarang.
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya.
Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi,
bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan,
pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu
planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam
seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan
perputaran pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi)
sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang
malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi
tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita.
Bagaimana Bumi ini terbentuk secara pasti masih merupakan perdebatan dimana
banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dengan alasan yang berbeda-beda
pula. Berikut ini beberapa teori mengenai pembentukan bumi yang umum dikenal.
1.
Teori Kant – Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah banyak
berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad ke 18
para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori
kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace
(1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini
dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi
kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang
sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat
cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat
(karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi
planet-planet dalam tata surya.
2.
Teori Planetesimal
Pada awal abad ke-20, Forest Ray Moulton, seorang ahli
astronomi Amerika bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang ahli geologi,
mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan matahari terdiri
dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati oleh sebuah
bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat matahari. Pada
waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya relatif dekat, maka
sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar akibat adanya gravitasi
dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari massa gas yang tertarik ke
luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian lagi ada yang berputar
mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah bintang melintas
berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi dingin dan
terbentuklah cincin yang lama kelamaan menjadi padat dan di sebut planetisimal.
Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik – menarik bergabung
menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk bumi.
3.
Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A
Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar.
Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena
bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka
sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak
meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan
bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
4.
Teori Pasang Surut Gas (Tidal)
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold
Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari
dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh
matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang
surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya
adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius
orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan
matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa
pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi.
Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk
semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan
merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan
akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri,
yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada
bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya,
sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk
tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami
proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada
planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet
kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan berlangsung, planet-planet itu
masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk elips, sehingga besar
kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati matahari dalam jarak yang
pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan terjadi pasang surut pada
tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan menarik kolom-kolom
materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan (satelit-satelit) yang
berputar mengelilingi planet-planet. Peranan yang dipegang matahari dalam
membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan peranan bintang besar
dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan di atas.
5.
Teori Big Bang
Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi
berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan
kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan
bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di
pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak
dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan
nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula
tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi
Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan
yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk
gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap
hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan
bumi, yaitu:
1.
Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum
mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2.
Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan
terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan
tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke
permukaan.
3.
Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti
luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi
Masih banyak teori-teori yang lainnya yang dikemukakan oleh para ahli
seperti:
1.
Teori Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis
Leelere Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan
antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari
terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi planet.
2.
Teori Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von
Weizsaecker, seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya
terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar
massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium.
Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke
angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal.
Gumpalan ini akan menarik unsur – unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan
selanjutnya berevolusi membentuk palnet – planet, termasuk bumi.
3.
Teroti Kuiper dikemukakan oleh Gerald P.Kuiper
mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram.
Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar
mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, beliau juga
memasukkan unsur – unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang
merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi
dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan malia menggumpal menjadi planet –
planet.
4.
Teori Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred
L.Whipple, mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu
kosmis yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi
menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi padat,
sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat saling
bertabrakan dan kemudian membentuk planet – planet.
Secara umum yang paling populer sampai sekarang adalah Teori Big Bang dan
banyak diikuti oleh para ilmuwan walaupun terkadang masih terdapat beberapa
perbedaan.
2.2 Struktur Muka Bumi
Bumi adalah salah satu planet dalam susunan tata surya galaksi Bima Sakti,
dimana di planet bumi lah semua makhluk hidup tinggal dan berkembangbiak,
termasuk juga manusia di dalamnya.
Sebagai planet yang memiliki kehidupan di dalamnya, bumi terdiri atas
beberapa struktur yang memungkinkan untuk dijadikan tempat tinggal. Di antara
macam-macam struktur bumi di antaranya adalah terdiri dari banyak jenis
material seperti berbagai jenis batuan, tanah, serta air yang kesemuanya
membentuk planet bumi yang sekarang ini kita diami. Secara garis besar, lapisan
bumi terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
Ø Inti bumi dalam,
atau sering disebut juga dengan istilah pusat bumi. Lapisan ini terdiri dari
materi-materi logam dan nikel yang berbentuk bola dengan tekstur padat. Suhu di
dalam lapisan ini mencapai 4800 derajat celcius dengan ketebalan 1.200 km.
Ø Inti bumi luar,
pada lapisan inti bumi bagian luar materi-materinya terdiri dari nikel dan besi
cair serta oksigen. Suhu pada lapisan ini mencapai 3900 derajat celcius dengan
ketebalan 2.255 km.
Ø Mantel bumi,
lapisan ini sering disebut juga dengan istilah selimut bumi. Terdiri atas materi-materi
magma kental yang memiliki suhu sekitar 1.400-2.500 derajat celcius dengan
ketebalan 2.900 km.
Ø Kerak Bumi, sering
juga disebut dengan istilah lapisan litosfer. Lapisan ini memiliki ketebalan
sekitar 15-60 km. Kerak bumi sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu kerak
samudera dan kerak benua.
STRUKTUR BUMI
Jika kalian mencari gambar struktur bumi dan penjelasannya, gambar di atas
merpakan lapisan-lapisan penyusun kerak bumi. Berdasarkan materi-materi
penyusunnya, kerak bumi masih dikelompokkan menjadi beberapa lapisan yaitu:
Ø Lapisan atas, pada
lapisan ini merupakan tempat dimana makhluk hidup berkembangbiak. Lapisan atas
terdiri atas pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati.
Lapisan ini disebut sebagai tanah humus.
Ø Lapisan tengah,
lapisan ini merupakan lapisan yang sedikit gersang dan terdiri atas air serta
pelapukan batuan. Lapisan tengah disebut dengan nama lapisan tanah liat.
Ø Lapisan bawah,
lapisan bawah merupakan lapisan batuan yang masih belum sempurna pembentukannya.
Ø Lapisan batuan
induk, pada lapisan ini terdapat bebatuan padat sebagai penyusunnya.
Untuk saat ini pambahasan mengenai struktur bumi cukup sampai disini. Di
lain kesempatan kita akan membahas materi tentang struktur bumi yaitu pada
bagian tanah serta lapisan atmosfer bumi.
2.3 Sejarah Perkembangan Muka Bumi.
Bumi mulai terbentuk dari 4.600.000.000 tahun yang lalu dan mengalami
beberapa perkembangan sampai terbentuk seperti saat ini. Pada awal
terbentuknya, bumi masih berupa bola api yang mengalami akumulasi panas akibat
kontraksi gravitasi, peluruhan radioaktif dan hujan meteorit. Masa itu disebut
masa Arkeozoikum yang berakhir sampai pada sekitar 2.500.000.000 tahun yang
lalu. Selanjutnya, inti bumi yang merupakan cairan besi dan nikel memisahkan
diri dari mantel bumi. Penguapan gas besar-besaran dari dalam bumi bersama-sama
dengan hidrogen dan helium membentuk atmosfer primitif yang kemudian
menyebabkan proses pendinginan bagian bumi secara berangsur-angsur membentuk
kerak bumi.
Masa Arkeozoikum merupakan awal pembentukan batuan kerak bumi yang
berkembang menjadi protokinten. Batuan masa ini ditemukan di bagian dunia yang
lazim disebut kraton atau perisai dunia. Batuan yang tertua pada masa ini
tercatat pada umur 3.800.000.000 tahun yang lalu. Pada masa ini pula tercatat
sebagai awal munculnya kehidupan primitif di dalam samudera berupa ganggang dan
bakteri (mikroorganisme). Hal itu dibuktikan dengan ditemukan fosil
Cyanobacteria dan Stromatin yang berusia 3.500.000.000 tahun. Pada masa
Protozoikum (2,5 milyar – 590 juta tahun yang lalu) mulai terjadi perkembangan
hidrosfer dan atmosfer serta dimulainya kehidupan yang lebih kompleks.
Sebelumnya dari hewan uniseluler menjadi multiseluler (eukariotik,prokariotik).
Masa Arkeozoikum dan masa Protozoikum dikenal sebagai masa Prakambrium.
Masa Palaeozoikum dibagi menjadi 6 zaman, yaitu sebagai berikut.
Ø Zaman Kambrium
(590 juta – 500 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, bumi masih berbentuk lautan yang luas dengan daratan yang
disebut Gondwana. Gondwana ini yang merupakan cikal bakal pulau atau negara
India, Afrika, sebagian Asia, Australia, Antartika, dan lainnya.
Ø Zaman Ordovisium
(500 juta – 440 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, daratan Gondwana masih menutupi celah-celah samudera.
Meluapnya samudera dan terjadinya zaman es adalah sebagian peristiwa yang
terjadi pada masa ini.
Ø Zaman Selur (440
juta – 410 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini terjadi pembentukan kereta pegunungan yang melintasi
daerah-daerah yang sekarang kita kenal sebagai daerah Skandinavia, Skotlandia,
dan pantai Amerika Utara.
Ø
Zaman Devon (410 juta – 360 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini terjadi penyurutan samudera hingga menyebabkan benua raksasa
Gondwana, daerah Eropa Timur, dan Greenland terjadi pada masa ini.
Ø
Zaman Karbon Kwali (360 juta – 260 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini mulai terjadi penyatuan benua dan membentuk daratan (pangea)
yang iklim daerahnya tergantung kepada letak geografis dan astronomis
masing-masing.
Ø
Zaman Perm (260 juta – 250 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, Benua Pangea bergabung bersama membentuk daratan. Air mulai
menyurut karena terjadi pembekuan di daerah Antartika dan Afrika yang
menyebabkan terjadinya iklim kering gurun pasir di daerah utara.
Masa Mesozoikum terbagi pula menjadi 3 zaman, yaitu sebagai berikut.
Ø Zaman Trias (250
juta – 210 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, Benua Pangea bergerak ke arah utara dan daerah gurun
terbentuk. Lembaran es di daerah selatan mulai mencair dan celah-celah antara
benua mulai terbentuk di Pangea.
Ø Zaman Jura (210
juta -140 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini, Benua Pangea terpecah, yaitu daratan yang sekarang dikenal
sebagai Amerika Utara memisahkan diri dari daratan yang dikenal sekarang
sebagai Afrika. Selain itu, daratan yang sekarang dikenal sebagai Amerika
Selatan memisahkan diri dari daratan yang sekarang lebih dikenal sebagai
Antartika dan Australia.
Ø Zaman Kapur (140
juta – 65 juta tahun yang lalu)
Sebuah pulau yang sekarang dikenal sebagai negara India terlepas dari
Afrika daratan utamanya, menuju daerah Asia dan terbentuklah iklim sedang di
daerah India.
Masa Kenozoikum terbagi menjadi 6 zaman, yaitu sebagai berikut.
Ø Kala Paleosen (67
juta – 56,7 juta tahun yang lalu)
Kala Paleosen merupakan awal munculnya hewan pemakan rumput, primata,
burung, dan sebagian reptil. Kala Paleosen ditandai dengan kegiatan magma
secara intensif, busur lava yang besar, dan hujan meteorit. Kegiatan magma yang
menghasilkan aliran lava yang sangat luas dan rempah gunung api menyebabkan
hujan asam serta terhalangnya sinar matahari. Hujan meteorit menyebabkan badai
angin, Tsunami, serta kebakaran hutan yang sangat luas.
Ø Kala Eosen (56,7
juta – 35,5 juta tahun yang lalu)
Pecahnya Benua Pangea berakhir dan perputaran antara benua yang satu dengan
yang lainnya dimulai. Daerah Afrika menabrak daerah Eropa dan daerah India
masih bergerak menuju daerah Asia, mengangkat Pegunungan Alpen dan Pegunungan
Himalaya. Tekanan antara benua membentuk cekungan samudera melebar dan
menyebabkan permukaan air laut merendah.
Ø Kala Oligosen
(35,5 juta – 24 juta tahun yang lalu)
Daratan bertambah luas, sedangkan laut menyempit, pergerakan kerak benua
terjadi secara luas di daerah Amerika dan Eropa. Pegunungan Alpen di Eropa
mulai terbentuk pada kala Oligosen ini. Karena iklim yang lebih dingin terjadi
di berbagai bagian dunia, maka hutan mulai berkurang, sedangkan padang rumput
meluas. Hal itu menyebabkan hewan pemakan rumput tumbuh secara pesat.
Ø Kala Miosen (24
juta – 5 juta tahun yang lalu)
Pada kala ini padang rumput semakin luas, sementara hutan semakin
berkurang.
Ø Kala Pliosen (5
juta – 1,8 juta tahun yang lalu)
Sejumlah besar tumbuhan habis karena cuaca yang semakin dingin.
Ø Kala Plestosen
(1,8 juta – 0,01 juta tahun yang lalu)
Kala Plestosen lebih dikenal sebagai zaman es, karena pada masa ini terjadi
beberapa kali glasisasi. Lima glasisasi terbesar terjadi pada 1,6 juta,
900.000, 600.000, 200.000, dan 25.000 tahun yang lalu. Pada kala Plestosen
terjadi zaman es. Pada zaman es (zaman glasial) ini sebagian besar daerah
Eropa, Amerika bagian utara, dan Asia bagian utara ditutupi oleh es, begitu
pula Pegunungan Alpen, Himalaya, dan Cherpathia. Di antara zaman-zaman es ini
terdapat zaman interglasial, yaitu iklim bumi benar-benar lebih hangat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas, dapat disimpulkan bahwa sejarah terbentuknya bumi
karena adanya kehendak dari Yang Maha Kuasa.
Pertama daratan
dibumi adalah satu, akan tetapi karena beberapa faktor sedikit demi sedikit
daratan itu pecanh atau membelah, dan menjadi seperti sekarang.
Dari materi
struktur bumi dapat disimpulkan bahwa, bumi kita ini sama seperti kulit kita
yang terdiri dari beberapa lapisan, yaitu; Inti Bumi, Inti Bumi dalam, Mantel
Bumi, Kerak Bumi.
Dari materi
perkrmbangan Muka Bumi dapat disimpulkan bahwa, setiap saat bumi kita ini
mengalami perubahan, walaupun kita tidak menyadarinya.