Kalimat dalam judul tulisan ini adalah merupakan sila kedua dari Pancasila. Sebenarnya saya merasa tidak berkemampuan
untuk menerjemahkan pengertian kalimat itu secara benar sebagaimana
yang dikehendaki oleh perumusnya. Saya hanya ingin merasakan sedemikian indah kalimat itu, dan keindahan itu akan menjadi sempurna seumpama bisa diimplementasikan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-hari.
Kata
kemanusiaan itu sendiri memiliki arti yang mendalam. Tatkala seseorang
mengatakan agar ada rasa kemanusiaan, maka artinya kita diajak untuk
menghargai, menghormati, menyayangi, memberikan empati, menolong,
meringankan beban, dan bahkan juga memaafkan manakala seseorang telah
melakukan kesalahan. Lewat rasa kemanusiaan maka rasa kasih sayang
kepada siapapun seharusnya ditumbuh-kembangkan. Dengan rasa kemanusiaan
pula, tidak selayaknya seseorang menyakiti dan menjadikan orang lain
lebih menderita hidupnya.
Kehidupan ini oleh ajaran agama diartikan sebagai sebuah perjalanan pendek, dari lahir, hidup dan kemudian mati. Menurut ajaran Islam, hidup yang tidak begitu lama ini harus diisi dengan perbuatan baik, yaitu selalu mengabdi kepada Tuhan dan berbuat baik kepada sesama. Selain itu, seharusnya selalu menjaga hati, pikiran dan perbuatannya. Perbuatan apapun yang dilakukan oleh seseorang akan
mendapatkan pembalasan di kemuan hari, ialah di akherat nanti. Siapa
saja yang berbuat baik akan mendapatkan balasan kebaikan, dan sebaliknya, akan mendapatkan balasan atas perbuatan buruk yang dilakukan di dunia ini.
Kalimat kemanusiaan pada Pancasila, menurut pengertian yang saya tangkap, adalah mengingatkan
agar bangsa Indonesia ini memiliki jiwa kemanusiaan. Tidak boleh
memperlakukan manusia semena-mena tanpa memperhatikan harkat dan
martabatnya. Manusia harus dihargai, dihormati, dan dimuliakan. Manusia
diciptakan dalam keadaan tidak sempurna. Suatu saat, makhluk yang
dimuliakan oleh Tuhan ini bisa saja melakukan kesalahan dan juga lupa. Kedua sifat itu selalu melekat pada diri manusia. Tidak pernah ada manusia, kecuali rasul, yang terbebas dari lupa dan perbuatan salah oleh karena tidak disengaja.
Memperlakukan orang dengan semena-mena adalah tidak manusiawi. Perbuatan itu seharusnya tidak
boleh dilakukan oleh siapapun. Manusia harus diberlakukan secara adil
dan beradab. Kita semua membenci perbuatan jahat, merugikan orang lain,
merusak dan atau sekedar mengganggu orang atau lainnya. Akan tetapi, kebencian itu tidak selayaknya menjadikan kita juga berbuat yang sama terhadap pelaku kerusakan itu. Apalagi tindakan terhadap orang yang kita anggap salah itu melebihi batas hingga lebih menderita dan lebih nista, maka sebenarnya yang terjadi adalah saling berbuat kerusakan, atau balas membalas.
Akhir-akhir ini, banyak orang tertangkap oleh karena melakukan korupsi. Tindakan itu memang merugikan rakyat dan negara. Pelaku korupsi biasanya adalah oknum pejabat, baik di kalangan pemerintah maupun swasta. Mereka
melakukan tindakan itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, melainkan untuk menumpuk kekayaan. Itulah sebabnya banyak
orang sedemikian benci terhadap para koruptor itu. Akan tetapi, sebagai rasa kemanusiaan yang seharusnya dikembangkan, dan apalagi dirangkai dengan kata adil dan beradab, maka seharusnya tidak boleh memperlakukan mereka melebihi kadar kesalahan yang dilakukan itu.
Para
koruptor itu sebenarnya pada awalnya juga orang baik. Mereka itu juga
telah mengenyam pendidikan, dan dinyatakan telah berperilaku baik,
hingga menjadi orang pilihan. Atas dasar pertimbangan itu, mereka diberi
amanah untuk melakukan tugas-tugas penting dan terhormat. Selain itu,
mereka juga telah memberikan jasanya, yang bisa jadi, juga
sangat banyak. Hanya oleh karena mereka berada pada sistem yang
memungkinkan bagi siapapun melakukan perbuatan salah, maka terpaksa
melakukan kesalahan itu. Kesalahan seperti itu mestinya bisa dipahami
dan tidak seharusnya dianggap telah melakukan kejahatan serius..
Sekuat apapun, orang bisa lupa dan jatuh melakukan
kesalahan. Maka itulah sebabnya dalam Islam diajarkan agar selalu
berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran. Siapapun yang tidak melakukan
hal itu akan merugi. Hidup di dunia ini memang penuh dengan cobaan,
godaan, dan bisikan yang menjerumuskan. Menghadapinya amat berat, oleh karenanya tidak sedikit orang jatuh dan melakukan kesalahan. Pertanyaannya,
apakah mereka itu harus dihukum, tentu jawabnya adalah seharusnya
begitu. Akan tetapi, tatkala menghukum siapapun harus diperlakukan
dengan penuh kemanusiaan, adil, dan beradab. Itulah ajaran yang seharusnya dipegangi sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment